Oleh : Ihsan Tandjung
Di dalam surah Al-Kahfi Allah سبحانه و تعالى menggambarkan karakter utama dua kaum yang bernama Ya’juj dan Ma’juj:
قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ
“Mereka berkata: “Hai Zulkarnain,
sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di
muka bumi.” (QS Al-Kahfi 94)
Zulkarnain merupakan seorang penguasa di
masa lalu yang mengelola kekuasaannya berdasarkan keimanan kepada Allah
سبحانه و تعالى . Dalam penjelajahannya di muka bumi ketika mengarah ke
utara ia berjumpa dengan suatu kaum yang hidup terpencil dan menggunakan
bahasa yang asing bagi Zulkarnain. Kaum tersebut berdomisili di sebuah
wilayah di belakang dua gunung. Kaum ini kemudian mengajukan permohonan
kepada Zulkarnain agar membangun dinding antara Ya’juj dan Ma’juj dengan
mereka. Mereka berharap dinding itu dapat melindungi mereka dari
kekejaman Ya’juj dan Ma’juj. Sebab mereka sangat tahu reputasi utama dua
kaum ini sebagai pembuat kerusakan (مُفْسِدُونَ فِي الأرْضِ ).
Akhirnya Zulkarnain membangun dinding
tersebut terbuat dari bongkahan-bongkahan besi yang kemudian dilapisi
oleh cairan tembaga mendidih agar tidak mudah berkarat. Zulkarnain
memiliki teknologi yang sedemikian canggih sehingga dinding yang
dibuatnya memiliki kualitas yang prima dan dapat bertahan lama. Namun
demikian, iapun sadar betapapun kokohnya dinding tersebut, pasti dinding
itu memiliki masa kadaluarsa. Sehingga Zulkarnain mengeluarkan
pernyataan penting sesudah berhasil menyelesaikan pembangunan dinding
tadi:
قَالَ هَذَا رَحْمَةٌ مِنْ رَبِّي فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ رَبِّي جَعَلَهُ دَكَّاءَ وَكَانَ وَعْدُ رَبِّي حَقًّا
“Zulkarnain berkata: “Ini (dinding)
adalah rahmat dari Rabbku, maka apabila sudah datang janji Rabbku Dia
akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Rabbku itu adalah benar”. (QS
Surah Al-Kahfi 98)
Zulkarnain bersyukur bahwa ia dapat
membangun dinding pencegah keluarnya Ya’juj dan Ma’juj. Sehingga dinding
tersebut dapat dirasakan sebagai rahmat Allah bagi kaum yang lemah
seperti mereka yang dijumpai Zulkarnain yang berlokasi di belakang dua
gunung. Zulkarnain memang tercatat sebagai penguasa yang beriman dan
adil-bijaksana. Namun Zulkarnain yakin bahwa apabila sudah datang janji
Allah, maka dinding tersebut bakal hancur luluh. Bilakah kejadian
tersebut akan berlangsung? Sebab jika dinding tersebut sudah hancur,
maka bukan kaum di belakang dua gunung itu saja yang akan terkena dampak
perbuatan fasad (kerusakan) Ya’juj dan Ma’juj. Tetapi bahkan
seluruh umat manusia akan merasakannya. Inilah yang diisyaratkan dalam
ayat berikut:
حَتَّى إِذَا فُتِحَتْ يَأْجُوجُ وَمَأْجُوجُ وَهُمْ مِنْ كُلِّ حَدَبٍ يَنْسِلُونَ
“Hingga apabila dibukakan (tembok)
Ya’juj dan Ma’juj, dan mereka turun dengan cepat dari seluruh tempat
yang tinggi.” (QS Al-Anbiya 96)
Ya’juj dan Ma’juj akan berbuat kerusakan
yang massif terhadap umat manusia ketika dinding yang selama ini
mengurung mereka telah Allah hancur-luluhkan. Mereka akan “turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.”
Allah menggambarkan bahwa kerusakan yang mereka timbulkan dikarenakan
begitu banyaknya jumlah mereka yang seluruhnya memiliki reputasi utama
sebagai pembuat fasad (kerusakan). Bahkan di dalam sebuah
hadits digambarkan bahwa bangsa Arab bakal menjadi salah satu target
utama tindakan zalim dari penyebarluasan kerusakan Ya’juj dan Ma’juj.
خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمًا فَزِعًا مُحْمَرًّا وَجْهُهُ يَقُولُ لَا
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيْلٌ لِلْعَرَبِ مِنْ شَرٍّ قَدْ اقْتَرَبَ فُتِحَ
الْيَوْمَ مِنْ رَدْمِ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مِثْلُ هَذِهِ وَحَلَّقَ
بِإِصْبَعِهِ الْإِبْهَامِ وَالَّتِي تَلِيهَا قَالَتْ فَقُلْتُ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَنَهْلِكُ وَفِينَا الصَّالِحُونَ قَالَ نَعَمْ إِذَا
كَثُرَ الْخَبَثُ
Pada suatu hari Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa Salam keluar dalam keadaan takut dan wajah beliau
memerah, beliau mengucapkan: “LAA ILAAHA ILLALLAAH, celakalah bangsa
Arab dari keburukan yang mendekat, saat ini dinding penghalang Ya’juj dan Ma’juj telah terbuka
seperti ini -beliau melekatkan jari jempol dan jari telunjuk- ia
(Zainab) bertanya: Wahai Rasulullah, apakah kita akan dibinasakan
sementara ditengah-tengah kami ada orang-orang shalih? Beliau menjawab:
“Ya, bila kekejian banyak (menyebar).” (MUSLIM – 5129)
Hadits di atas sekaligus memberi isyarat
kuat mengenai saat Allah mulai menghancur-luluhkan dinding yang dibangun
Zulkarnain sekian ribu tahun yang lalu. Dan saat itu ialah di zaman
Nabi صلى الله عليه و سلم sesudah beliau hijrah ke Madinah. Seorang
ulama pemerhati Ilmu Akhir Zaman bernama Syaikh Imran Hosein berpendapat
bahwa sejak zaman Nabi Muhammad صلى الله عليه و سلم Ya’juj dan Ma’juj
telah mulai “turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi.” Artinya, Ya’juj dan Ma’juj telah menebar kerusakan sejak lama yaitu semenjak limabelas abad yang lalu..!
Bila pandangan di atas dapat diterima,
maka menjadi jelaslah bagi kita mengapa dewasa ini kita merasakan
kehidupan yang sangat buruk dan penuh kerusakan. Dan terlebih khusus
lagi, kita menjadi sangat mengerti mengapa bangsa Arab dewasa ini
menjadi bangsa yang telah binasa dan diselimuti kehinaan. Sebab kekejian
telah menyebar di kalangan bangsa Arab saat ini. Bangsa Arab telah
berhasil diacak-acak oleh Peradaban Modern Ya’juj dan Ma’juj yang
melakukan megaproyek globalisasi nilai-nilai anti-tuhan dan anti-agama.
Padahal Umar bin Khattab pernah berkata: “Kami (bangsa Arab) menjadi mulia karena Islam, dan kami pasti akan menjadi hina saat melepaskan Islam dari kehidupan.”
Ya’juj dan Ma’juj merupakan kaki-tangan
Dajjal. Oleh karenanya kita melihat Peradaban Modern Ya’juj dan Ma’juj
sangat selaras dengan Sistem Dajjal yang telah dibicarakan Ahmad
Thomson. Yaitu suatu peradaban yang berusaha menyeragamkan umat manusia
ke dalam One Global Society (Satu Masyarakat Dunia) berlandasakan nilai-nilai fasad
(kerusakan) Ya’juj wa Ma’juj. Dunia modern dewasa ini merupakan hasil
penetrasi ribuan tahun yang dilakukan oleh Ya’juj wa Ma’juj ke segenap
pelosok dunia. Globalisasi nilai-nilai anti-tuhan dan anti-agama yang
terasa sedemikian merata dewasa ini sangat sesuai dengan gambaran Allah:
وَتَرَكْنَا بَعْضَهُمْ يَوْمَئِذٍ يَمُوجُ فِي بَعْضٍ
“Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain…” (QS Al-Kahfi 99)
Dewasa ini globalisasi yang difahami sebagai proses modernisasi
oleh kebanyakan orang awam, justeru merupakan sebuah mega-proyek Ya’juj
dan Ma’juj beserta segenap penyambut hadirnya Ad-Dajjal untuk
memastikan tegaknya The Godless, Secular and Sinful Civilization
(Peradaban Anti-Allah, sekuler dan penuh dosa). Maka seragamlah
berlakunya nilai-nilai kekafiran di seluruh pelosok dunia, baik timur
maupun barat ataupun utara dan selatan. Berbagai ideologi sesat
memasyarakat seperti pluralisme, liberalisme dan sekularisme. Sistem
politik berlandaskan demokrasi (suara mayoritas adalah suara kebenaran)
dan berperilaku Machiavelli (tujuan menghalalkan segala cara). Sistem
ekonomi dan keuangan ribawi (baca: rentenir lintah darat). Sistem hukum
mengharamkan berlakunya hukum Allah dan memaksakan diterapkannya hukum
produk manusia (baca: hukum Jahiliyah dan hukum Thaghut). Sistem budaya
yang berlandaskan faham hedonisme (syahwat menjadi ilah). Sistem sosial
yang diikat berdasarkan nilai primordial kebangsaan (yang memandang
orang kafir dengan orang beriman sebagai setara). Dan masih banyak lagi
daftar kebatilan yang meliputi aspek hidup manusia modern.
Alhasil, setiap hamba Allah yang ingin
bersungguh-sungguh hanya beribadah kepada Allah secara total di zaman
penuh fitnah dewasa ini wajib melakukan pemisahan hubungan mental secara
total dengan The Godless, Secular and Sinful Civilization. Sebab bila ia biarkan diri dan keluarganya tenggelam dan larut menyerahkan wala’
(loyalitas) kepada Peradaban Ya’juj dan Ma’juj, niscaya ia bakal
menyesal di akhirat. Sebab peradaban ini bermaksud menjamin setiap warga
dunia modern menikmati surga Sistem Dajjal dengan resiko kehilangan
peluang menikmati surga akhirat alias memperoleh tiket untuk masuk
neraka…! Dan peradaban ini hendak memastikan setiap hamba Allah yang
ingin tetap ber-istiqomah dalam dienullah Al-Islam wajib
merasakan penderitaan neraka dunia dan azab kekuatan Ya’juj dan Ma’juj.
Barangsiapa memilih untuk tetap tunduk kepada Allah, maka ia harus rela
menghadapi berbagai azab dari peradaban Ya’juj dan Ma’juj, namun
ganjarannya ialah terbebaskan dari neraka Allah di akhirat untuk
menikmati surga-Nya. The Godless, Secular and Sinful Civilization ingin
mengajak seluruh umat manusia masuk neraka. Maka setiap muslim yang
menolak ajakan mereka harus bersiap diri menjadi kaum minoritas.
Barangkali inilah maksud hadits di bawah ini:
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Allah Azza Wa Jalla pada hari kiamat berfirman: ‘Wahai Adam,
lalu Adam berkata; ‘Aku penuhi panggilan-Mu dan kebahagian ada di
tangan-Mu wahai Rabb. Lalu dikatakan dengan suara; Sesungguhnya Allah
memerintahkan kepadamu untuk mengeluarkan dari keturunanmu ba’tsun naar
(utusan-utusan ke neraka). Adam berkata; Ya Rabb, apa yang Engkau maksud
Ba’tsunnar (utusan-utusan neraka) itu?) Allah berfirman: ‘Setiap seribu
ambillah sembilan ratus sembilan puluh sembilan.’” Beliau bersabda:
“Maka pada saat itu wanita yang hamil gugur kandungannya, anak kecil
akan beruban, dan kamu melihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal
sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat
kerasnya, (Al Hajj: 2).” Hal itu sangat terasa berat bagi umat manusia,
hingga wajah mereka berubah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sembilan ratus sembilan puluh sembilan itu adalah dari Ya’juj
dan Ma’juj dan satu orangnya dari kalian.”(HR Bukhari)
Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam
golongan penghuni surga, walau itu berarti kami harus menjadi kaum
minoritas, kaum ghurabaa (terasing) di zaman penuh fitnah era Sistem
Dajjal serta Peradaban Ya’juj wa Ma’juj dewasa ini… Aamiin ya
Rabbal’aalamiin.
[Sumber]
No comments:
Post a Comment